Nasehat Untuk Para Wanita

Rabu, 18 Juli 2012
NASEHAT UNTUK PARA WANITA'

Sayidina Ali ra menceritakan suatu ketika melihat Rasulullah menangis manakala ia datang bersama Fatimah. Lalu keduanya bertanya mengapa Rasul menangis. Beliau menjawab, "Pada malam aku di-isra'-kan, aku melihat perempuan-perempuan yang sedang disiksa dengan berbagai siksaan.
Itulah sebabnya mengapa aku menangis. Karena, menyaksikan mereka yang sangat berat dan mengerikan siksanya.

Putri Rasulullah kemudian menanyakan apa yang dilihat ayahandanya. "Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya, otaknya mendidih. Aku lihat perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat ke belakang dan timah cair dituangkan ke dalam tengkoraknya. Aku lihat perempuan tergantang kedua kakinya dengan terikat tangannya sampai ke ubun-ubunnya, diulurkan ular dan kalajengking.

Dan aku lihat perempuan yang memakan badannya sendiri, di bawahnya dinyalakan api neraka.
Serta aku lihat perempuan yang bermuka hitam, memakan tali perutnya sendiri. Aku lihat perempuan yang telinganya pekek dan matanya buta, dimasukkan ke dalam peti yang dibuat dari api neraka, otaknya keluar dari lubang hidung, badannya berbau busuk karena penyakit sopak dan kusta.

Aku lihat perempuan yang badannya seperti himar, beribu-ribu kesengsaraan dihadapinya. Aku lihat perempuan yang rupanya seperti anjing, sedangkan api masuk melalui mulut dan keluar dari duburnya sementara malikat memukulnya dengan pentung dari api neraka," kata Nabi.

Fatimah Az-Zahra kemudian menanyakan mengapa mereka disiksa seperti itu?
*Rasulullah menjawab, "Wahai putriku, adapun mereka yang tergantung rambutnya hingga otaknya mendidih adalah wanita yang tidak menutup rambutnya sehingga terlihat oleh laki-laki yang bukan muhrimnya.

*Perempuan yang digantung susunya adalah istri yang 'mengotori' tempat tidurnya.

*Perempuan yang tergantung kedua kakinya ialah perempuan yang tidak taat kepada suaminya, ia keluar rumah tanpa izin suaminya, dan perempuan yang tidak mau mandi suci dari haid dan nifas.

*Perempuan yang memakan badannya sendiri ialah karena ia berhias untuk lelaki yang bukan muhrimnya dan suka mengumpat orang lain.

*Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka karena ia memperkenalkan dirinya kepada orang lain dengan cara bersolek dan berhias supaya kecantikannya dilihat laki-laki yang bukan muhrimnya.

*Perempuan yang diikat kedua kaki dan tangannya ke atas ubun-ubunnya diulurkan ular dan kalajengking padanya karena ia bisa shalat tapi tidak mengamalkannya dan tidak mau mandi junub.

*Perempuan yang kepalanya seperti babi dan badannya seperti himar ialah tukang umpat dan pendusta. Perempuan yang menyerupai anjing ialah perempuan yang suka memfitnah dan membenci suami."

Mendengar itu, Sayidina Ali dan Fatimah Az-Zahra pun turut menangis. Dan inilah peringatan kepada kaum perempuan.
"Jika wanita Menangis......"

Jika seorang wanita menangis dihadapanmu, Itu berarti dia tak dapat menahannya lagi.

Jika kamu memegang tangannya saat dia menangis, Dia akan tinggal bersamamu sepanjang hidupmu.

Jika kamu membiarkannya pergi, Dia tidak akan pernah kembali lagi menjadi dirinya yang dulu. Selamanya....

Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah, Kecuali didepan orang yang amat dia sayangi. Dia menjadi lemah.

Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah, Hanya jika dia sangat menyayangimu, Dia akan menurunkan rasa egoisnya.

Lelaki, jika seorang wanita pernah menangis karena mu, Tolong pegang tangannya dengan pengertian. Dia adalah orang yang akan tetap bersamamu sepanjang hidupmu.

Lelaki, jika seorang wanita menangis karenamu. Tolong jangan menyia-nyiakannya. Mungkin karena keputusanmu, kau merusak kehidupannya.

Saat dia menangis didepanmu, Saat dia menangis karnamu, Lihatlah matanya....
Dapatkah kau lihat dan rasakan sakit yang dirasakannya?

Pikirkan....
Wanita mana lagikah yang akan menangis dengan murni, penuh rasa sayang,
Didepanmu dan karenamu......

Dia menangis bukan karena dia lemah
Dia menangis bukan karena dia menginginkan simpati atau rasa kasihan
Dia menangis,Karena menangis dengan diam-diam tidaklah memungkinkan lagi.

Lelaki,
Pikirkanlah tentang hal itu.
Jika seorang wanita menangisi hatinya untukmu,
Dan semuanya karena dirimu.
Inilah waktunya untuk melihat apa yang telah kau lakukan untuknya.

Hanya kau yang tahu jawabannya....
Pertimbangkanlah, Karena suatu hari nanti
Mungkin akan terlambat untuk menyesal,
Mungkin akan terlambat untuk bilang 'MAAF'!!

Kematian Sebagai Nasehat

Minggu, 15 Juli 2012

Kematian Sebagai Nasihat

"Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!" (HR. Tirmidzi)

Berbahagialah hamba-hamba Allah yang senantiasa bercermin dari kematian. Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tak lari menyimpang.

Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Di antaranya adalah apa yang mungkin sering kita rasakan dan lakukan.

1.   Kematian mengingatkan bahwa waktu sangat berharga
Tak ada sesuatu pun buat seorang mukmin yang mampu mengingatkan betapa berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa lama lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana tak seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya.

Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat. Allah swt mengingatkan itu dalam surah Al-Anbiya ayat 1, "Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)."

Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata. Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, "Ya Allah, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan." Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan, kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.

Allah swt berfirman dalam surah Ibrahim ayat 44,
"Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) dating azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: 'Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul.."

“Kejarlah dunia seakan-akan kamu akan mati seribu tahun lagi. Kejarlah akhirat seakan-akan kamu akan mati esok”
Bukhori’



2.   Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa-siapa
Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan 'habis', usai sudah permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya.

Lalu, masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun. Padahal, sandiwara sudah berakhir.

Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya. Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran.

Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naïf kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya. Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah kematian.

Temanmu didunia yang menemanimu di dunia tak mau ikut mati bersamau ke kubur

Orang tuanmu / anak-anakmu yang merawat dan menjagamu tak mau ikut bersamamu

Kekasihmu yang berjanji mencintaimu juga tak mau ikut bersamamu menemanimu di alam kubur

3.   Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa
Islam menggariskan bahwa tak ada satu benda pun yang boleh ikut masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau miskin. Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur bersama bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu.

Itu pun masih bagus. Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa. Cuma tubuh kecil yang telanjang. Lalu, masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga.

Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan, bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.

Manusia berlomba-lomba membeli pakaian mahal,
Tapi kain kafanlah pakaian terakhir yang ia kenakan

Manusia berlomba-lomba memilik kendara’an mewah,
Tapi kerandalah kendara’an yang membawa’nya ke kubur

Manusia berlomba-lomba membangun rumah dan gedung mewah,
Tapi tanah kuburanlah rumah terakhir’nya

4.   Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara
Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara dirinya dengan kenikmatan saat ini.

Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar. Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir.

5.   Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga
Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman. Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan.

"Ad-Dun-ya mazra'atul lil akhirah." (Dunia adalah ladang buat akhirat)

Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk mengingat sesuatu itu. Termasuk, ketika kematian menjadi sesuatu yang paling diingat. Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai arti kehidupan.

“ORANG YANG PINTAR SELALU INGAN DENGAN MATI DAN MEMBAGUSI PERSIAPAN UNTUK SETELAH MATI”

------------------------------

semoga bermanfaat...
Jazakumullahukhoiroh



Aku Belum Menikah karena Belum ?

Sabtu, 14 Juli 2012

Aku Belum Menikah Karena Belum. . .

1. Belum Bekerja

Inilah masalah klasik seputar menikah, terutama bagi
pihak pemuda. Ketika sudah merasa cocok dengan seorang
muslimah, dan jika ditunda-tunda bisa berakibat buruk,
ternyata si Pemuda belum punya pekerjaan untuk
menghidupi keluarga kelak. "mau dikasih makan apa anak
dan istri kamu, dikasih cinta doang ?!?" Begitulah
perkataan sinis yang senantiasa terngiang-ngiang
ditelinganya.

Seorang laki-laki memang merupakan tulang punggung
dalam sebuah keluarga. Menghidupi seluruh anggota
keluarga adalah tanggung jawabnya. Rasulullah
bersabda, yang artinya, "Bertaqwalah kepada Allah dalam
memperlakukan wanita. Sebab kamu mengambilnya dengan
amanat allah dan farjinya menjadi halal bagi kamu
dengan kalimat Allah. (Menjadi) kewajiban kamu untuk
memberi rizki dan pakaiannya dengan cara yang baik."
(HR.Muslim)

Dengan demikian, penghasilan dalam suatu keluarga
memang diperlukan. Namun sebenarnya, tidak berarti
belum kerja kemudian tidak boleh menikah. Allah SWT
berfirman, yang artinya, "Dan nikahkanlah orang-orang
yang sendirian (belum menikah) diantara kamu, dan
orang-orang yang layak menikah dari hamba-hamba
sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan
mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas
(Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Surat An-Nur :
32)

Penghasilan bisa dicari setelah menikah. Yang pertama
kali harus dilakukan adalah percaya dan yakin akan
janji Allah pada firman-Nya di atas. Tak sedikit
pemuda yang susah mencari kerja sebelum menikah, tapi
setelah menikah ternyata banyak tawaran kerja dan
peluang kerja.

Sebagai persiapan sebelum menikah, kesungguhan dalam
menuntut ilmu dunia agar kelak mudah mendapatkan
penghidupan yang baik pula untuk dilakukan. Walaupun
tak selamanya relevan, kuliah yang baik dan dan
prestasi yang bagus masih merupakan suatu modal yang
dapat diandalkan dalam mencari kerja. Bagaimana kalau
kuliah sudah terlanjur tidak karuan ? Jika sudah
begini perlu juga pegang prinsip bahwa pekerjaan kelak
tidak harus sesuai dengan bidang yang dipelajari saat
ini. Banyak yang dapat rejeki lumayan dari bekerja
dalam suatu bidang yang dulu tidak pernal dipelajari
dalam jenjang pendidikan formal.

Persiapan lain yang bisa dilakukan adalah kuliah
sambil kerja. Sembari menabung, juga bisa untuk
jaga-jaga apabila ketika lulus nanti tidak langsung
diterima bekerja sesuai bidang yang dipelajari.

2. Belum Lulus

Berbeda dengan yang pertama, masalah yang satu ini
bisa menjadi penghalang bagi pihak pemuda dan pemudi.
Mungkin seseorang sudah bekerja atau sudah punya
prinsip untuk mencari kerja setelah menikah namun ia
ragu untuk menikah gara-gara belum lulus kuliah. Bisa
jadi pula yang punya alasan seperti ini sang pemudi
pujaan hatinya. Bayangan kuliah sambil menikah baginya
tampak menyeramkan. Kuliah sambil mengurus diri
sendiri saja sudah repot apalagi jika harus ditambah
tanggung jawab mengurus orang lain. Ditambah kalau si
buah hati sudah lahir dan belum juga lulus kuliah,
tampaknya akan tambah repot.

Sebenarnya, menikah tidaklah selalu mengganggu kuliah.
Malahan hadirnya pendamping hidup baru bisa menambah
semangat utuk belajar. Bisa jadi, sebelum menikah
malas-malasan belajarnya, ketika sudah menikah malah
tambah semangat dan tambah rajin untuk belajar. Tidak
sedikit yang mengalami perubahan demikian, apalagi
secara peraturan akademik seorang mahasiswa sudah
diperbolehkan untuk menikah. Seorang mahasiswa sudah
tidak dianggap ABG (Anak Baru Gede) lagi, tapi AUG
(Anak Udah Gede) alias sudah dewasa. Seorang yang
sudah dewasa dianggap sudah bisa bertanggung jawab apa
yang menjadi pilihan hidupnya.

Memang benar untuk tetap mengadakan persiapan jika
mengambil jalan menikah di saat masih kuliah. Yang
pertama harus disadari adalah bahwa hidup berkeluarga
adalah berbeda dengan hidup sendirian. Tidak pantas
jika orang yang sudah menikah tetap bebas, lepas,
menelantarkan keluarganya sebagaimana dulu bisa ia
lakukan ketika masih lajang. Orang yang menikah sambil
kuliah juga harus pandai-pandai mengatur waktu antara
tanggung jawabnya dalam keluarga dan dalam belajar.
Selain waktu, manajemen pemikiran juga solid, karena
begitu menikah masalah-masalah dulu yang belum ada
mendadak bermunculan secara serentak. Bagaimana
memahami pasangan hidup baru, bagaimana jika hamil dan
melahirkan, bagaimana mendidik anak, bagaimana mencari
rumah -nebeng mertua atau cari kontrakan-, bagaimana
bersikap kepada mertua, tetangga dan lain-lain,
apalagi masih harus memikirkan pelajaran.

Pusing....? Semoga tidak. Sebenarnya menikah sambil
kuliah bisa disiapkan sejak hari ini, bahkan juga
sudah sejak SD. Modal awalnya adalah manajemen diri
sendiri. Ketika seorang sudah sejak dahulu berlatih
untuk hidup mandiri, akan mudah baginya untuk hidup
berkeluarga. Misalnya saja sudah sejak SD bisa mencuci
pakaian dan piring sendiri, mengatur waktu belajar,
berorganisasi, dan bermain, mengatur keuangan sendiri,
dan sebagainya. Kesiapan juga bisa diraih jika
seseorang biasa menghadapi dan memecahkan problem
hidupnya. Karena itu perlu organisasi dan bersaudara
dengan orang lain, saling mengenal, memahami orang
lain dan membantu kesulitannya.

3. Belum Cocok

Mungkin pula sudah lulus, sudah kerja, sudah berusaha
cari calon pasangan tapi merasa belum menemukan
pasangan yang cocok, sehingga belum jadi menikah pula,
padahal sudah hampir tidak tahan ! Ini juga merupakan
masalah yang bisa datang dari kedua belah pihak, baik
pihak pemuda maupun pemudi. Kecocokan memang
diperlukan. yang jadi pertimbangan dasar dan awal
tetentu saja faktor agama, yaitu aqidah dan akhlaknya.
Allah berfirman, yang artinya :

"Mereka (perrempuan-perempuan mukmin) tidak halal bagi
laki-laki kafir. Dan laki-laki kafir pun tidak halal
bagi mereka." (Al-Mumtahanah : 10)

Rasulullah juga bersabda, "Wanita itu dinikahi karena
4 hal : karena kecantikannya, karena keturunannya,
karena kekayaannya, dan karena agamanya. Menangkanlah
dengan memilih agamanya maka taribat yadaaka (kembali
kepada fitrah atau beruntung)." (HR. Al-Bukhari,
Muslim, dan lain-lain)

Keadaan yang lain adalah nomor dua setelah
pertimbangan agama. Namun kebanyakan di sinilah
ketidakcocokannya. Sudah dapat yang agamanya bagus
tapi kok nggak cocok pekerjaannya, nggak cocok latar
belakang pendidikannya, nggak cocok hobinya, warna
matanya kok begitu, pakai kacamata, kok
hidungnya...dan lain-lain.

Kalau mau mencari kekurangan tiap orang pasti punya
kekurangan karena tidak ada manusia yang diciptakan
secara sempurna. Sudah cantik, kaya, keturunan
bangsawan, pandai, rajin, keibuan, penyayang, tidak
pernah berbuat salah.

Ketika seorang pemuda atau pemudi sudah mau menikah,
memang seharusnya cari tahu dulu tentang calon
pasangan hidupnya ke sahabatnya, saudaranya atau
ustadznya, atau yang lainnya, baik kelebihan maupun
kekurangannya. Jika sudah tahu, tanyakan pada diri
sendiri, apakah bisa menerima dan memaklumi kekurangan
serta kelebihan si dia. Rasulullah bersabda, yang
artinya,

"Janganlah seorang mukmin laki-laki membenci mukmin
perempuan. Bila dia membencinya dari satu sisi, tapi
akan menyayang dari sisi lain." (HR.Muslim)

Jadi, jangan hanya melihat kekurangannya saja, tapi
juga perlu melihat kelebihannya. Ketika kekurangan
sudah bisa diterima, kelebihan akan lebih bisa
menimbulkan perasaan suka. Karea itu, jangan sampai
sulit nikah karena dibikin sendiri.

4. Belum Mantap

Masalah satu ini juga bisa terjadi pada tiap orang
pihak pemuda, pihak pemudi, baik yang sudah kerja atau
yang belum, baik sudah lulus atau belum. Pertama kali,
perlu diselidiki belum mantapnya itu karena apa,
karena tak sedikit yang beralasan belum mantap, ketika
ditelusuri larinya juga menuju ketiga masalah 'belum'
di atas.

Namun ada juga yang belum mantap karena memang merasa
persiapan dirinya kurang baik ilmu tentang pernikahan,
keluarga, dan pernik-pernik di sekitarnya. Orang
seperti ini malah tidak memusingkan masalah ketiga
'belum' di atas, karena memang dia merasa belum siap
dan belum mampu.

Solusinya tidak lain adalah mementapkan dan
mempersiapkan diri. Hal ini bisa ditempuh lewat
menuntut ilmu tentang pernikahan, dan keluarga, baik
dengan menghadiri pengajian, yang membahas masalah
tersebut atau dengan membaca buku-buku mengenainya.
Penting pula untuk menimba pengalaman kepada orang
yang sudah menikah, karena kadang-kadang buku-buku dan
ceramah ilmiah dan formal tidak membahas masalah
praktis yang detail yang diperlukan agar siap menikah.

"Dua orang yang saling mencintai segerahlah menikah"
 
HR Bukhori

Istri tercinta di Dunia dan ratuku di Surga


Untuk Semua Wanita yang bergelar Istri maupun yang bakal menjadi Istri…

Untuk Istri….

Perniikahan ataupun Perkawinan ,
Membuka tabir rahasia,

Suami yang menikahi kamu,
Tidaklah semulia Muhammad,
Tidaklah setaqwa Ibrahim,
Pun tidak setabah Ayub,
Ataupun segagah Musa,
Apalagi setampan Yusuf

Justru suamimu hanya pria akhir zaman,
Yang punya cita-cita,
Menjadi suami sholeh dan baik yang membimbingmu agar sukses di dunia dan akherat
Membangun keturunan yang sholeh…


Pernikahan ataupun Perkawinan,
Mengajar kita kewajiban bersama.


Suami menjadi pelindung,Kamu penghuninya,
Suami adalah nahkoda kapal, Kamu navigatornya,
Suami bagaikan balita yang nakal, Kamu adalah penuntun kenakalannya,
Sa’at Suami menjadi Raja, Kamu nikmati Anggur Singgasananya,
Seketika Suami menjadi Bisa, Kamulah penawar obatnya,
Seandainya Suami masinis yang lancing, Sabarlah memperingatkannya….


Pernikahan ataupun Perkawinan,
Mengajarkan kita perlunya Iman dan Taqwa,
Untuk belajar Sabar dan Ridho,
Karena memiliki suami yang tak segagah mana,
Justru kamuakan tersentak dari Alpa.



Kamu bukanlah khadijah,
Yang begitu sempurna di dalam menjaga,

Tak semuli fatimah Azzahra,
Pemimpin perempuan-perempuan di Surga

Bukan Aisyah,
perempuan mulia ibunya orang iman yang sangat di cintai Rosululloh 


Bukan Asiah,
istri sungguh tabah menjaga keimanan dari suami yang sangat tercela Fir'aun

Pun bukanlah Hajar,
Yang begitu setia dalam sengsara ,
Cuma wanita akhir zaman,
Yang berusaha menjadi sholeh….
Kau adah istri tercintaku di dunia. . .
Serta ratuku di surga. . .
Salah satu 3 perkara kau akan temukan manis’nya keimanan
“Mencintai seseorang diniati kare Allah’

“Istri-istri kalian di dunia adalah ratu bidadari kalian di Surga”

Bukhori’
Muslim

Dua Gambaran Untuk Perempuan

Jumat, 13 Juli 2012

“Wanita digambarkan seperti bunga y9 harum setiap kumbang ingin hinggap dan menghisap madu’nya”

Ada 2 gambaran untuk wanita,Monggo silahkan pilih :

1-> “Wanita bagai permen karet”


Permen karet harga’nya sangat murah,setiap orang bisa memiliki dan menikmatii’nya,Wanita y9 suka berlebay-lebay ria setiap pria mudah memiliki hati’nya bahkan menikmati tubuh’nya (nauzubillahimindzalik)
Orang menginginkan permen karet  hanya pada saat iseng,ngak ada kerja’an pada saat bête,Permen karet Dinikmati hanyalah sesa’at yaitu sa’at rasa’nya terasa di lidah setelah rasa’nya sudah habis tidak ada rasa’nya dia tidak di telan tapi di lepeh (dibuang) dan tidak ada satupun orang y9 mau memungut’nya mesti orang y9 telah melepehnya tadi

2->”Wanita bagai berlian y9 sangat berharga”



Berbeda dengan permen karet, Berlian mahal harga’nya bahkan ada berlian y9 tak tenilai dengan nominal uang, tak semua orang bisa memiliki berlian tersebut hanya orang y9 beruntunglah y9 bisa memiliki berlian tersebut,(Wanita Sholehah, y9 berwibawa, setiap perkata’an,kelakuan,langkah-langkah’nya di bekali dengan keimanan dan kefahaman ,bisa melawan hawa nafsu dan bisa menepis goda’an-goda’an,rayu’an-rayuan dari mata-mata,kata-kata,rupa-rupa y9 harom dari pria y9 bukan mahrom’nya) Orang manapun akan sangat bangga bisa memiliki berlian tersebut. Dan akan selalu menjaga'nya agar berlian itu tak berpindah ke tangan orang lain.

وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ

->  Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya (Dari laki-laki y9 bukan mahrom'nya) , dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya ( Aurot'nya), kecuali yang (biasa) nampak dari padanya( Wajah dan kedua telapak tangan) . Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung kedadanya (Kain kerudung'nya menutup sampai dada'nya). . . (An-Nur 31)


Menghindari bersentuhan laki-laki dan perempuan bukan mahrom bertemu, tetapi hendaknya dengan arif dan bijaksana. Mengingat:

- Laki-laki dan perempuan yang bukan mahromnya tidak boleh berjabatan tangan, berdasar pada sabda Rosuululloohi Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam dalam Hadits Riwayat At-Thobroni fil Kabir, yang artinya : “Niscaya jika kepala salah satu kamu ditusuk dengan jarum besi itu lebih baik dari pada menyentuh perempuan yang tidak halal baginya (bukan mahromnya)”.
- Lebih baik terkena najis daripada bersentuhan dengan bukan mahrom. Di dalam Hadits Thobroni dijelaskan, yang artinya: “Niscaya, apabila seorang laki-laki menyentuh babi celeng yang berlumuran lumpur itu lebih baik baginya daripada pundaknya menyentuh pundak seorang perempuan yang tidak halal baginya”.
- Terlebih bila sampai bermesraan dengan yang bukan mahromnya. Dalam Hadits Az-Zawaazir Juz 2 hal 137, Rosuululloohi Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya : “Bahwa barang siapa yang meletakkan tangannya pada perempuan yang tidak halal baginya dengan nafsu birahi, maka kelak pada hari kiamat dia datang kehadapan Alloh dengan tangan yang terikat sampai lehernya, jika dia mengecupnya maka kelak di dalam neraka kedua bibirnya digunting”.




 Jadilah Wanita Sholehah, kelak di hari Kiamat kau niscaya akan menjadi ratu bidadari di surga. . .

Kewajiban Perempuan Sholehah

Selasa, 10 Juli 2012

Kewajiban Seorang Muslimah



Wanita Islam merupakan bagian dari masyarakat yang tidak dapat dipisah-kan dan mempunyai posisi yang sangat penting. Ia mempunyai kewajiban terhadap Allah, dirinya sendiri, keluarga, lingkungan dan terhadap Islam. Pada kali ini akan sedikit dibahas tentang kewajiban seorang muslimah terhadap dirinya sendiri, lingkungan dan Islam.

Kewajiban Terhadap Diri Sendiri

Kewajiban seorang muslimah terhadap dirinya adalah berhias dengan akhlaq yang mulia sebagai cermin dari keimanan yang ada di dalam dirinya. Diantara akhlaq mulia yang harus dimiliki seorang muslimah adalah :

1. Hati yang lembut dan perasaan yang sensitif.
Rasulullah sebagai panutan bagi seluruh umat Islam terkenal mempunyai hati yang sangat lembut.

2. Jujur.
Sifat ini mutlak harus ada pada diri setiap muslimah. Jujur dalam bersikap sehari-hari, selalu berhati-hati dengan segala ucapannya agar lidahnya tidak tergelincir pada perkataan yang dusta.

3. Berani & mempunyai fisik yang kuat.
Bagaimana seorang muslimah yang berani dan kuat? Asma binti Abu Bakar adalah salah seorang wanita yang dapat dijadikan contoh. Dimana dalam masa kehamilannya beliau berjalan melintasi padang pasir dan menaiki bukit terjal sambil membawa bekal bagi Rasulullah dan ayahnya Abu Bakar yang ketika itu bersembunyi di gua Tsaur. Sedang-kan keberanian dalam berpendapat dapat kita ambil contoh teguran Kaulah binti Sa'labah kepada Ummar bin Khattab yang pada masa kekhalifahannya hendak membatasi harga mahar.

4. Menjauhi teman yang buruk.
Pada prinsipnya teman yang buruk adalah teman yang menjauhkan kita dari mengingat Allah dan mengajak kita pada perbuatan yang mengundang murka Allah. Teman seperti inilah yang harus kita hindari, karena akhlaq seseorang itu dapat dilihat dari akhlaq teman karibnya.

Kewajiban terhadap Lingkungannya.

Seorang muslimah hidup dalam suatu lingkungan masyarakat dan saling berinteraksi dengan mereka. Dalam berinteraksi dengan sesamanya, seorang muslimah harus memiliki hal-hal sebagai berikut :

1. Sikap adil.
Ia harus mampu bersikap adil kepada orang-orang di sekitarnya. Tidak membedakan antara yang satu dengan yang lainnya.
2. Keperdulian terhadap orang lain.
Tanggap terhadap situasi dan keadaan saudaranya yang sedang mempunyai masalah. Perduli bukan berarti hanya mengetahui bagaimana keadaan saudaranya, tetapi juga berusaha untuk menunjukkan perhatiannya sebagai bukti dari keperduliannya itu.

3. Hati yang pengasih.
Seorang muslimah harus memiliki rasa sayang terhadap sesamanya dan mampu untuk menunjukkan rasa sayangnya itu.

4. Menjaga hak-hak orang lain.
Apa yang menjadi hak orang lain adalah merupakan kewajiban bagi diri kita untuk memenuhinya. Sebagai contoh, hak seornag muslim dari muslim yang lain adalah dikunjungi ketika ia sakit.

Kewajiban terhadap Islam.
                            
Diantara kewajiban muslimah terhadap Islam adalah keikutsertaanya dalam menyebarkan syiar-syiar Islam. Dengan selalu berprilaku baik, menjaga adab-adab yang islami, dan membina hubungan baiknya dengan masyarakat, maka secara tidak langsung ia telah turut andil dalam menyebarkan nilai-nilai Islam. Dari sinilah orang dapat melihat dan merasakan indahnya islam sebagai rahmatan lil `alamin (rahmat bagi seluruh alam).

Selain itu seorang muslimah juga dituntut untuk dapat berperan aktif dalam membina masyarakatnya sesuai dengan kemampuan dan kelebihan masing-masing. Aisyah ra adalah salah satu istri Rasulullah yang pandai tentang ilmu hadits, fiqih, dan kedokteran. Kemampuan tersebut beliau ajarkan kepada para muslimah lainnya dalam rangka keikutsertaannya membina masyarakat pada saat itu.

Demikianlah tiga kewajiban seorang muslimah yang harus ia jalankan. Dengan mengetahui kewajiban-kewajiban tersebut diharapkan bahwa setiap muslimah akan sadar, bahwa dia hidup bukan untuk dirinya sendiri, dan dia juga islam bukan untuk dirinya sendiri, tetapi juga hidup dan islam bagi masyarakatnya, dan harus turut serta dalam menyebarkan nilai-nilai islam tersebut. Tanggung jawabnya begitu besar, dan kelak akan dimintai pertanggung-jawabannya di hari akhir.

                                                                                                         By Aprie ‘ kaing stones