MENINGKATKAN
SEMANGAT MENCARI ILMU
DAN
MENGAMALKANNYA
الْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ
لَهُ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ r وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ ،
أَمَّا بَعْدُ :
قُلْ إِنْ كَانَ أباَؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ
وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوْهَا
وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ
مِنَ اللهِ وَرَسُوْلِه وَجِهَادٍ فِى سَبِيْلِه
فَتَرَبَّصُوْا حَتّى يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِه وَاللهُ لاَ يَهْدِى الْقَوْمَ
الْفَاسِقِيْنَ * سورة التوبة ٢٤
Katakanlah (wahai
Muhammad), “Jika bapak-bapak kalian, anak-anak kalian, saudara-saudara kalian,
istri-istri kalian, keluarga kalian, harta benda yang kalian usahakan, dan
dagangan yang kalian khawatirkan akan
rugi, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, (jika semuanya itu)
lebih kalian cintai daripada Alloh dan RosulNya dan (daripada) berjihad dalam
agama Alloh, maka tunggulah sampai Alloh mendatangkan perkara (siksa)Nya;
karena Alloh tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasiq.”
Besarnya
cinta kita kepada Alloh dan RosulNya akan terukur dari sejauh mana pengorbanan
yang kita berikan, ialah dalam wujud seberapa banyak waktu yang kita luangkan
untuk mengerti tentang Alloh dan RosulNya, untuk mengerti tentang apa yang
menjadi tuntunanNya, dan selanjutnya membuktikan dengan mengamalkannya. Apalagi
kalau bukan mengkaji Al-Qur`an dan Hadits secara mendalam hingga mengerti, memahami
dan sekaligus mengamalkan segala apa yang menjadi tuntunan dari Alloh dan
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam.
Cinta yang
sampai pada tahap inilah yang dijanjikan oleh Rosululloh Shollallohu ‘alaihi
wasallam akan menemukan manisnya iman, itulah cinta yang sejati, cinta yang
setiap orang iman harus memiliki, cinta yang pasti kan terbalas... ialah cinta
kita kepada Alloh dan Rosululoh Shollallohu ‘alaihi wasallam.
Inilah cinta
yang wajib diperjuangkan, yang wajib diprioritaskan di atas segala-galanya.
Karena banyak orang telah salah meletakkan
cintanya, mengakibatkan mereka memandang ilmu Al-Qur`an dan Hadits yang menjadi
pedoman agamanya jauh di bawah segala macam ilmu duniawinya.
menjadi ‘alim terhadap ilmu
Al-Qur`an dan Hadits, serta dipaparkan segala hal yang menjadi pertimbangan
untuk mengutamakan menjadi ‘alim terhadap ilmu Al-Qur`an dan Hadits
serta hal-hal yang melatarbelakanginya agar kita tidak salah dalam meletakkan
cinta kita!
Latar Belakang
Alhamdulillah,
sebenarnya banyak hal yang patut kita syukuri dalam hidup kita saat ini, semua
kebutuhan, seperti; sandang, pangan, papan yang menjadi kebutuhan pokok bagi
kita, cukup mudah kita dapatkan. Situasi yang relatif aman, sarana dan prasarana
yang mendukung semua aktivitas, baik yang bersifat duniawi maupun ibadah
tersedia dengan cukup, sehingga dengan semua itu memudahkan siapa saja untuk
meraih sukses dalam kehidupannya, baik sukses dalam pendidikan maupun karirnya.
Semua itu masih didukung dengan perkembangan dalam bidang teknologi yang
membawa kita dalam kehidupan modern yang serba canggih, hal-hal yang dulu harus
dilakukan dan didapatkan dengan susah payah, kini dengan kecanggihan teknologi
menjadi mudah dilakukan, dan didapatkan hasil yang lebih memuaskan.
Di sisi lain
kemajuan teknologi yang demikian pesat, kehidupan yang serba modern dan serba
canggih itu ternyata juga membawa dampak negatif dalam kehidupan kita. Dampak
negatif itu merampas nilai kehormatan kita, bahkan merobek-robek kertas putih
fitrah suci kehidupan kita! Sarana-sarana maksiat dan perbuatan keji bertebaran
dan disebarkan melalui berbagai media. Seakan sudah lumrah ketika terlihat
sepasang muda-mudi yang dengan tanpa malu dan sungkan lagi melakukan perbuatan
keji, perbuatan yang mendorong dan membangkitkan syahwat. Bahkan tanpa malu
mereka melakukan perbuatan itu disaksikan oleh ribuan pasang mata...!
Lalu
mungkinkah orang-orang iman, yang mereka adalah orang-orang yang bijaksana, di
dalamnya adalah wanita-wanita yang menjaga kesucian diri akan membiarkan diri
mereka, putra-putri mereka, tenggelam dalam kebinasaan limbah produksi
tekhnologi canggih dan limbah kreasi peradaban modern? Tentu kita tidak rela
kebinasaan itu menimpa diri kita maupun anak cucu kita.
Pengaruh-pengaruh inilah yang dampaknya dapat
mengakibatkan menurunnya semangat jama’ah dalam mencari ilmu.
Menyadari
akan besarnya bahaya dari pengaruh-pengaruh kemaksiatan ini maka menjadi ‘alim
terhadap ilmu Al-Qur`an dan Hadits adalah satu satunya pilihan bagi keselamatan
diri kita, dan sekali lagi ‘alim terhadap ilmu Al-Qur`an dan Hadits adalah
satu-satunya pilihan dan tidak ada pilihan yang lain! Alloh telah mengungkapkan
hal ini dalam firmannya :
إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِباَدِهِ
الْعُلَمَاؤُ إِنَّ اللهَ عَزِيْزٌ
غَفُوْرٌ * سورة فاطر ٢٨
Sebenarnya yang
takut (melanggar perintah) Alloh dari kalangan hamba-hambaNya hanyalah
orang-orang yang berilmu. Sesungguhnya Alloh Maha Kuasa, lagi Maha Pengampun.
A.
Pengaruh-pengaruh Yang Menurunkan Semangat Mencari Ilmu
Modernisasi
dengan dampak negatif dari kemajuan teknologinya mengakibatkan terjadinya
perubahan peradaban manusia, perubahan pola pikir, dan bergesernya nilai moral
yang semua itu semakin menjauhkan umat manusia dari ajaran-ajaran dan
hukum-hukum agama.
Saat ini
yang perlu kita pikirkan bersama adalah bagaimana agar diri kita, anak cucu
kita, orang tua kita, keluarga kita, semuanya bisa selamat dari semua kerusakan
dan kemaksiatan itu dengan cara
mewaspadai berbagai macam pengaruhnya.
1. Pengaruh
pergaulan.
Telah menjadi petunjuk yang sering kali
disampaikan melalui nasehat-nasehat dari para ulama` kita bahwa menjaga
pergaulan adalah salah satu diantara lima syarat utama diperolehnya kefahaman
Jama’ah. Hal ini menjadi begitu penting dan menentukan agar jama’ah terhindar
dari pengaruh-pengaruh yang menurunkan semangat dalam mencari ilmu. Kita
perhatikan sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam berikut ini:
اْلأَرْوَاحُ جُنُوْدٌ
مُجَنَّدَةٌ ، فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ ، وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا
اخْتَلَفَ * رواه البخارى عن عائشة
Ruh-ruh (semua hamba) bolo-membolo (saling berkumpul), ruh yang saling
mengenal (karena kesamaan sifat) akan
berkumpul dan ruh yang saling ingkar akan berselisih (berpisah).
Berdasarkan
hadits diatas kita tahu bahwa hamba yang berthobiat baik akan berkumpul dan
mendekat kepada hamba yang baik, dan sebaliknya hamba yang berthobiat buruk
akan berkumpul dan mendekat kepada hamba yang
berthobiat buruk pula. Hamba yang berthobiat baik tidak akan mungkin
bisa tenang berkumpul dengan hamba yang berthobiat buruk.
Kita bisa
mengambil pelajaran dari Luqman Al-Hakim yang berpesan kepada putranya :
يَابُنَيَّ جَالِسِ الْعُلَمَاءَ
وَزَاحِمْهُمْ بِرُكْبَتَيْكَ فَإِنَّ اللهَ يُحْيِى الْقُلُوْبَ بِنُوْرِ
الْحِكْمَةِ كَمَا يُحْيِى اللهُ
اْلأَرْضَ الْمَيْتَةَ بِوَابِلِ السَّمَاءِ * رواه مالك فى المواطأ
Wahai anakku
temani duduklah ulama` dan desaklah mereka dengan kedua lututmu (selalu
mendekat untuk meraih ilmu dari mereka), karena sesungguhnya Alloh akan
menghidupkan hati dengan cahaya hikmah (yang diperoleh dengan ilmu dari ulama`)
sebagaimana Alloh menghidupkan kembali bumi
yang kering sebab turunnya hujan dari langit.
Mungkinkah
orang yang faham akan tahan berkumpul bersama dengan orang-orang yang banyak
berbuat maksiat karena mereka adalah orang-orang yang bodoh ilmu agamanya?
Tentu ia akan merasa resah dan gelisah tatkala berada di
tengah-tengah mereka, bagaikan seekor ikan yang dipaksa mentas dan hidup
di luar kolamnya!
Lebih jelas Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam
bersabda :
الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ
فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ * رواه أبو داود عن أبى هريرة
Seorang laki-laki
itu menetapi kebiasaan teman dekatnya, maka hendaklah ia melihat siapa yang
menjadi teman dekatnya.
Siapakah
teman kita? Dialah yang akan menentukan siapa kita!
Menyadari
akan hal ini, Shohabat Abu Tholhah sengaja minta kepada Rosululloh Shollallohu
‘alaihi wasallam agar anak tirinya yaitu Anas bin Malik diidzinkan menemani dan
melayani beliau hingga kurun waktu 10 tahun lamanya agar Anas di kemudian hari
menjadi seorang yang ‘alim dan berkepribadian sebagaimana Rosululloh
Shollallohu ‘alaihi wasallam.
Begitu besar
pengaruh pergaulan, seseorang yang yang semula faham sekalipun akan bisa rusak
dan hilang kefahamannya jika salah dalam memilih teman bergaul, apalagi jika
dia bukan orang ‘alim dan salah memilih teman bergaul.
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam menggambarkan:
مَثَلُ الْجَلِيْسِ
الصَّالِحِ وَالْجَلِيْسِ السُّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ وَكِيْرِ
الْحَدَّادِ لاَ يَعْدِمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيْهِ أَوْ
تَجِدُ رِيْحَهُ وَكِيْرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ
تَجِدُ مِنْهُ رِيْحًا خَبِيْثَةً * رواه البخارى عن أبى موسى
Perumpamaan teman bergaul yang sholih dan teman bergaul yang jelek adalah
sebagaimana penjual minyak
wangi dan ubupan (perapian) pandai besi. Penjual minyak wangi tidak akan
melewati padamu, adakalanya kamu akan membeli minyak wangi itu darinya, atau
(paling tidak) kamu akan mendapatkan bau wanginya. Dan (sedangkan) pandai besi
akan membakar badanmu atau pakaianmu atau
(paling tidak) akan kamu dapatkan bau sangitnya.
Lalu
siapakah yang menjadi teman kita? Siapakah yang menjadi teman bagi anak-anak
kita? Dan siapakah yang menjadi teman bagi anggota keluarga kita? Apakah mereka
adalah teman yang sholih? Atau justru sebaliknya?!
2. Pengaruh
perkembangan ekonomi.
Tidak bisa
dipungkiri bahwa faktor ekonomi begitu penting peranannya bagi kelangsungan
hidup setiap umat manusia, sehingga adalah hal yang wajar ketika tiap orang
mengharapkan bisa hidup dengan berkecukupan dan mempunyai taraf ekonomi yang
baik dan mapan. Namun sayang ternyata faktor ekonomi, kerap kali menjadi alasan
pembenaran bagi mereka yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mencari
dunia dan tidak menyisakan waktu untuk mencari ilmu Al-Qur`an dan Hadits.
Bagi jama’ah yang faham, ketika ia bisa hidup dengan berkecukupan dan mempunyai
taraf ekonomi yang mapan maka kekayaan duniawi yang ia miliki akan banyak ia
arahkan untuk kelangsungan pembelaan agamanya karena ia mengacu pada firman
Alloh:
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلى تِجَارَةٍ تُنجِيْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيْمٍ
* تُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَرَسُوْلِه
وَتُجَاهِدُوْنَ فِى سَبِيْلِ اللهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ ذَالِكُمْ
خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ * سورة الصف ١٠-١١
Wahai orang-orang
yang beriman, maukah kalian Aku tunjukkan pada dagangan yang dapat
menyelamatkan kalian dari siksa yang pedih? Yaitu, kalian beriman kepada Alloh
dan RosulNya, serta kalian berjuang membela agama Alloh dengan harta benda dan
diri kalian. Yang demikian itulah yang lebih baik bagi kalian, jika kalisn
hendak mengetahui (hakikat yang sebenarnya).
Juga mengacu
pada sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam :
إِذاَ كاَنَ فِى آخِرِ الزَّمَانِ لاَ بُدَّ
لِلنّاَسِ فِيْهَا مِنَ الدَّرَاهِمِ وَالدَّناَنِيْرِ يُقِيْمُ الرَّجُلُ بِهاَ
دِيْنَهُ وَدُنْياَهُ * رواه الطبرانى فى الكبير عن عمران بن حصين
Ketika telah ada
di dalam zaman akhir maka tidak bisa tidak (harus) bagi manusia yang hidup di
zaman itu (menggunakan) dirham dan dinar untuk menegakkan agamanya dan (juga)
dunianya.
Hendaklah
kita waspada karena ternyata hasrat terhadap ekonomi yang secara kodrati telah
dimiliki oleh setiap anak Adam akan muncul menjadi bumerang ketika tidak
didasari dengan kefahaman agama yang cukup! Yaitu kefahaman agama yang diraih
melalui penguasaan Qur`an dan Hadits. Sebab jika tidak, maka hasrat itu akan
menjadi liar dan dari situlah muara segala macam bentuk kesalahan akan
dilakukan.
Hal ini telah diisyaratkan oleh Rosululloh Shollallohu
‘alaihi wasallam dalam sabdanya:
حُبُّ الدُّنْياَ رَأْسُ كُلِّ خَطِيْئَةٍ *
رواه البيهقى عن الحسن
Senang (yang
berlebihan) terhadap dunia adalah pangkal dari segala kesalahan.
Tidak
sedikit orang berdusta, khianat, serta hilang sifat amanatnya karena berawal
dari rasa senang dan nggrangsangnya pada harta dunia. Bahkan orang yang
telah dianggap alim pun akan terseret ke dalamnya ketika pangkal segala
kesalahan ini ia abaikan.
Dan salah satu alasan kenapa ia sampai mengabaikan
pangkal segala kesalahan ini adalah karena ia tidak meneladani sifat zuhud
yang telah diwariskan oleh Rosululoh Shollallohu ‘alaihi wasallam.
Almarhum KH.
Nurhasan Al-Ubaidah pernah menyebut sebuah istilah dalam nasehatnya : “Ojo
ongso-ongso, koyo cacing nguntal klopo, ora kuntal malah bongko.”
Ini adalah sebuah peringatan agar kita tidak tamak akan
harta.
Ingatlah firman Alloh :
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللهِ
حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلا َيَغُرَّنَّكُمْ بِاللهِ
الْغَرُوْرُ* إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوًّا فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّا
إِنَّمَا يَدْعُوْ حِزْبَه لِيَكُوْنُوْا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيْرِ * سورة فاطر
٥-٦
Wahai umat
manusia, sesungguhnya janji Alloh (membalas amal kalian) adalah benar maka janganlah
kalian tertipu daya oleh kemewahan hidup dunia, dan janganlah syetan
yang menjadi penipu terbesar itu memperdayakan kalian meninggalkan tho’at pada
Alloh. Sesungguhnya
syetan adalah musuh bagi kalian, maka jadikanlah dia musuh (yang mesti dijauhi tipu
dayanya); sebenarnya dia hanyalah mengajak golongannya supaya menjadi penghuni
neraka Sa’ir.
B. Akibat
Kurangnya/Hilangnya Ilmu
Ketika umat
manusia disibukkan oleh segala macam persoalan duniawi dan ia pun berani
menomorduakan masalah akhirat, maka muncullah sebuah generasi yang begitu mahir
dan membanggakan ilmu dunianya namun ia bodoh terhadap ilmu agama, dan
ketahuilah bahwa terhadap generasi semacam inilah Alloh akan menjatuhkan
murkanya!
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ اللهَ تَعاَلىَ يَبْغَضُ كُلَّ
عاَلِمٍ باِلدُّنْياَ جاَهِلٍ باِْلأَخِرَةِ * رواه الحاكم عن أبى هريرة
Sesungguhnya
Alloh yang maha luhur murka pada tiap-tiap orang yang pandai ilmu dunia yang
bodoh dalam ilmu akhirat.
Dan orang yang seperti ini Rosululloh Shollallohu
‘alaihi wasallam menggambarkan sebagai pribadi yang teramat buruk. Beliau
bersabda :
إِنَّ اللهَ يَبْغَضُ
كُلَّ جَعْظَرِيٍّ جَوَّاظٍ سَخَّابٍ فِى اْلأَسْواَقِ جِيْفَةٍ باِللَّيْلِ
حِماَرٍ باِلنَّهاَرِ، عاَلِمٍ
باِلدُّنْياَ جاَهِلٍ بِاْلأَخِرَةِ * رواه البيهقى
Sesungguhnya
Alloh akan murka kepada tiap-tiap orang yang keras hatinya lagi sombong, orang
yang senang ramai (bertengkar) di pasar, seperti bangkai di malam hari (karena
tidak sholat malam), seperti khimar di siang hari (karena hanya memikirkan
makan), pandai ilmu dunia namun bodoh ilmu akhirat.
Dan ketika
ulama` sebagai pewaris ilmu para nabi satu demi satu wafat, sebelum ada
generasi penerus yang lebih dulu mewarisi ilmunya, maka seiring dengan
berpulangnya para ulama` menghadap kepada Alloh, berpulang pulalah kebenaran
ilmu Al-Qur`an dan Hadits ini, dan ini sungguh akan berakibat sangat fatal bagi
keselamatan kita seluruh umat manusia yang hidup di permukaan bumi ini! Karena
yang akan menjadi pemimpin kita tinggal orang-orang yang bodoh lagi hina. Sebagaimana sabda Rosululloh Shollallohu
‘alaihi wasallam :
إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ
انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ
الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوْسًا
جُهَّالاً فَسُئِلُوْا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَأَضَلُّوْا *
رواه البخارى عن عبد الله بن عمرو بن العاص
Sesungguhnya
Alloh tidak akan mencabut ilmu dengan cara mencabut ilmu itu dari
hamba-hambanya, akan tetapi Alloh mencabut ilmu itu dengan cara mewafatkan para
ulama`, sehingga ketika tidak ada seorang ‘alim pun yang tersisa maka manusia
menjadikan orang-orang yang bodoh sebagai
pemimpin mereka, lalu ketika pemimpin
yang bodoh itu ditanya maka mereka akan memberi fatwa dengan tanpa ilmu, akhirnya
mereka sesat dan menyesatkan.
Hilangnya
ilmu ternyata bukan saja berakibat buruk pada agama namun juga berakibat buruk
pada urusan-urusan dunia, sebagaimana
pesan yang pernah disampaikan oleh seorang ahli hadits :
عَنِ الزُّهْرِيِّ كاَنَ مَنْ مَضَى مِنْ
عُلَمَاءٍ يَقُوْلُوْنَ اْلإِعْتِصَامُ بِالسُّنَّةِ نَجَاةٌ وَالْعِلْمُ يُقْبَضُ
قَبْضًاسَرِيْعًا فَنَعْشُ الْعِلْمِ ثَبَاتُ الدِّيْنِ وَالدُّنْياَ وَفِى
ذِهَابِ الْعِلْمِ ذِهَابُ ذَالِكَ كُلِّهِ * رواه الدارمى
Dari Zuhri (ia
berkata) : adalah para ulama` salaf mereka berkata, “Berpegang teguh terhadap
sunnah adalah keselamatan. Ilmu itu akan digenggam dengan cepat, maka
menegakkan ilmu itu akan menetapkan agama dan dunia, dan didalam hilangnya ilmu
adalah hilangnya semua (agama dan dunia).”
C. Polnya Ilmu
Al-Qur`an dan Hadits
Keagungan
dan kemuliaan Alloh sebagai Sang Pencipta alam semesta tak terbandingi oleh
apapun, karena pada hakekatnya semua yang selain Alloh adalah makhluq, demikian
pula dengan kalam Alloh yang mengalahkan sya`airul kalam,
sebagaimana telah dijelaskan oleh Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam :
فَضْلُ الْقُرْأنِ
عَلَى ساَئِرِ الْكَلاَمِ كَفَضْلِ الرَّحْمنِ عَلَى ساَئِرِ خَلْقِهِ * رواه
البيهقى عن أبى هريرة
Keutamaan ilmu
Al-Qur`an mengalahkan semua kalam sebagaimana keutamaan Alloh mengalahkan semua
makhluqnya.
Sebaliknya
jika seseorang menganggap semua ilmu dunia itu lebih utama dan lebih mulia
daripada Al-Qur`an dan Hadits maka itu adalah sebuah kemaksiatan kepada
Alloh! Rosululloh Shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda :
وَمَنْ قَرَأَ الْقُرْأنَ فَرَأَى أَنَّ
أَحَدًا أُعْطِيَ أَفْضَلَ مِمَّا أُعْطِيَ فَقَدْ عَظَّمَ ماَ صَغَّرَ اللهُ
وَصَغَّرَ ماَ عَظَّمَ اللهُ * رواه الطبرانى
Dan barangsiapa
membaca Al-Qur`an lalu ia menganggap bahwa ada seseorang yang telah diberi
sesuatu yang lebih utama daripada (Al-Qur`an) yang telah diberikan kepadanya
maka sungguh ia telah mengagungkan sesuatu yang diremehkan oleh Alloh dan ia
telah meremehkan pada sesuatu yang telah diagungkan oleh Alloh.
Oleh karena
itulah Alloh mengangkat derajat orang iman yang ‘alim, sebagaimana firman Alloh
dalam Al-Qur`an:
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا
مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
خَبِيْرٌ * سورة المجادلة ١١
Alloh mengangkat
derajat orang-orang yang beriman di antara kalian, dan orang-orang yang diberi
ilmu (dari kalangan kalian), beberapa derajat. Dan (ingatlah), Alloh Maha
Waspada tentang apa yang kalian lakukan.
Marilah kita
simak bagaimana Al-Imam Al-hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar Al-‘Asqolani
menjelaskan dalam kitabnya “Fathul Baari : syaroh Shohih Bukhori” tentang sabda
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam yang berbunyi:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ
فِى الدِّيْنِ ... الحديث * رواه البخارى عن معاوية
Barangsiapa yang
Alloh menghendaki kebaikan padanya maka Alloh menjadikannya faham/ahli dalam
agama.
Penjelasan
itu sbb:
وَمَفْهُوْمُ الْحَدِيْثِِ أَنَّ مَنْ لَمْ يَتَفَقَّهْ
فِى الدّيْنِ ، أَيْ يَتَعَلَّمَ قَوَاعِدَ اْلإِسْلاَمِ وَمَا يَتَّصِلُ بِهَا
مِنَ الْفُرُوْعِ ، فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ *
فتح البارى شرح صحيح البخارى
Yang tersirat
dalam hadits ini, dapat dipahami bahwa sesungguhnya orang yang tidak memahami ilmu
agama − yaitu orang yang tidak
mempelajari dasar-dasar/pokok-pokok Islam dan apa-apa yang terkait dengannya
dari masalah furu’iyah − maka ia diharamkan mendapatkan kebaikan.
Kalau sudah
dinyatakan bahwa tanpa faham dan mengerti terhadap Qur`an dan Hadits tidak akan
bisa takut kepada Alloh dan tidak akan mendapatkan kebaikan dari Alloh, lalu...
siapalagi yang lebih berhak kita takuti selain Alloh? Dan kebaikan apalagi yang
lebih kita harapkan selain surga Alloh?
D. Kefadlolan
Mencari Illmu dan Menjadi ‘Alim
Siapakah
yang tidak senang dan bangga jika jalan hidup yang dilaluinya di muka bumi ini
Alloh menghitungnya sebagai jalan surga yang sedang dilalui? Jalan surga itu
didapat oleh orang-orang yang mencari ilmu Al-Qur`an dan Hadits.
Siapakah yang tidak senang dan bangga jika dirinya serta
anak cucunya menjadi orang yang dicintai oleh Allah, dicintai oleh semua
malaikat penghuni langit dan bumi ? Cinta itu didapat oleh orang-orang yang
mencari ilmu Al-Qur`an dan Hadits.
Siapakah yang tidak senang dan bangga jika dimintakan
ampun oleh semua penghuni langit dan bumi, bahkan oleh ikan-ikan yang ada di
dalam air?
Siapakah yang tidak senang dan bangga jika mendapatkan
keutamaan dari Alloh mengalahkan hamba-hamba
yang lain, Sebagaimana cahaya bulan di malam purnama mengalahkan cahaya semua bintang
di langit? Keutamaan itu didapat oleh orang-orang yang ahli ilmu, bukan orang
lain.
Siapakah yang tidak senang dan bangga jika dijadikan
sebagai pewaris para nabi, manusia terpilih yang paling dekat dengan Alloh di
muka bumi ini? Pewaris itu adalah orang-orang yang ‘alim (ahli ilmu), bukan
orang lain!
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيْهِ
عِلْمًا سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلئِكَةَ
لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ
لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِى السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِى اْلأَرْضِ وَالْحِيتَانُ
فِى جَوْفِ الْمَاءِ ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ
الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ
وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ ، وَإِنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِينَارً
وَلاَ دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ
وَافِرٍ * رواه ابن ماجه
Barangsiapa yang
melewati sebuah jalan, ia mencari ilmu di jalan itu, maka Alloh menjalankannya
di salah satu jalan-jalan surga. Dan sesungguhnya niscaya ada malaikat yang meletakkan/merapatkan
sayapnya karena ridlo terhadap orang yang mencari ilmu. Dan sesungguhnya orang
yang alim niscaya dimintakan pengampunan oleh penghuni langit, penghuni bumi
dan juga ikan-ikan yang ada di dalam air. Dan sesungguhnya, keutamaan orang yang
‘alim mengalahkan orang yang ahli ibadah (tetapi tidak alim) sebagaimana
keutamaan cahaya bulan purnama yang mengalahkan semua cahaya bintang di langit.
Dan sesungguhnya ulama` adalah pewaris para nabi, yang para nabi tidaklah
mewariskan dinar maupun dirham, namun mereka mewariskan ilmu, maka
barangsiapa yang mengambil ilmu itu berarti ia telah mengambil bagian yang
sempurna!
Sebagian
orang merasa, kesibukannya dalam menuntut ilmu Al-Qur`an dan Hadits akan
mengurangi kesempatannya untuk membantu dalam meringankan maisyah keluarganya.
Namun sebenarnya justru dengan kesibukannya dalam menuntut ilmu Al-Qur`an
dan Hadits, Alloh mencurahkan banyak kebarokahan, baik terhadap dirinya maupun
keluarganya. Hal ini pernah dialami oleh dua orang bersaudara yang hidup pada
zaman Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam, sebagaimana diterangkan dalam
sebuah hadits :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ
أَخَوَانِ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ r فَكَانَ أَحَدُهُمَا يَأْتِى
النَّبِيَّ r وَالأَخَرُ
يَحْتَرِفُ فَشَكَا الْمُحْتَرِفُ أَخَاهُ إِلَى النَّبِيِّ r فَقَالَ لَعَلَّكَ تُرْزَقُ بِهِ * رواه
الترمذى
Dari Anas bin
Malik Ia berkata : ada dua orang bersaudara pada zaman Rosululloh Shollallohu
‘alaihi wasallam, salah satunya datang (mengaji) kepada Nabi Shollallohu
‘alaihi wasallam, sedangkan yang lain bekerja. Maka yang bekerja itu melaporkan
tentang saudaranya kepada Nabi
Shollallohu ‘alaihi wasallam, maka Nabi bersabda, “Barang kali kamu diberi
rizqi (oleh Alloh) lantaran saudaramu.”
Bagaimana
hati kita tidak tergerak untuk membawa anak kita dan mengantarkannya menjadi
seorang ulama` kalau ternyata Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam menjamin
mahkota akan diberikan kepada kita saat menghadap di sisi Alloh di hari kiamat
nanti?
Sebagaimana sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam
:
مَنْ قَرَأَ الْقُرْأنَ وَعَمِلَ بِمَا
فِيْهِ أُلْبِسَ وَالِدَاهُ تَاجًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ضَوْءُهُ أَحْسَنُ مِنْ
ضَوْءِ الشَّمْسِ فِى بُيُوتِ الدُّنْيَا لَوْ كَانَتْ فِيْكُمْ فَمَا ظَنُّكُمْ
بِالَّذِى عَمِلَ بِهذَا * رواه أبو داود
Barangsiapa membaca
Al-Qur`an dan mengamalkan isinya, maka diberikanlah mahkota bagi kedua orang
tuanya. Terangnya sinar mahkota itu lebih baik daripada terangnya sinar
matahari di rumah dunia. Seandainya matahari itu ada di rumah kalian, lalu
bagaimanakah persangkaan kalian terhadap orang yang mengamalkannya? (Jawab:
tentu akan mendapatkan kedudukan yang lebih mulia dari pada orang tuanya!)
Dalam
istilah Jawa disebutkan : “Dadi rojo gung binatoro kajen keringan
nganggur ngetekur urip langgeng sak lawas-lawase.” Itu semua lantaran
anak kita menjadi ulama`!!!
Dari semua
uraian diatas, maka sungguh perlu kiranya bagi setiap orang tua jama’ah
mempertimbangkan dengan sangat! Dalam membina putra-putrinya, agar menyisihkan
waktu bagi putra-putrinya barang satu tahun untuk pergi mondok guna membekali
ilmu yang luhur, yaitu mengerti Qur`an dan Hadits, dan alangkah akan lebih baik
lagi jika sampai menjadi muballigh muballighot, hingga setiap putra-putri
jama’ah mempunyai bekal dan modal yang cukup sebagai benteng pertahanan yang
kuat bagi dirinya dalam menghadapi gencarnya pengaruh-pengaruh kemaksiatan
dalam kehidupan kita di akhir zaman ini.
Dan bekal
apakah yang lebih baik yang telah kita berikan pada anak-anak kita untuk
menghadapi kerusakan zaman ini selain Qur`an dan Hadits? selain menjadikan
mereka ulama`-ulama` yang faqih? Yang dengannya Alloh menjamin ketaqwaannya?
Yang dengan ketaqwaan inilah Alloh memasukkan ke dalam surga.
Sebagaimana telah dituangkan dalam firman Alloh :
وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ
التَّقْوى وَاتَّقُوْنِى يَاأُولِى اْلأَلْبَابِ * سورة البقرة ١٩٧
Dan hendaklah
kalian mempersiapkan bekalmu, karena sesungguhnya sebaik-baiknya bekal ialah
taqwa; dan bertaqwalah kepadaKu wahai orang-orang yang berakal.
Dan dengan
taqwa inilah maka surga bisa kita raih karena hal ini merupakan janji dari
Alloh, sebagaimana telah dimuat dalam Al-Qur`an :
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِى وُعِدَ
الْمُتَّقُوْنَ تَجْرِى مِنْ تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ أُكُلُهَا دَائِمٌ وَظِلُّهَا
تِلْكَ عُقْبَى الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَعُقْبَى الْكَافِرِينَ النَّارُ * سورة
الرعد ٣٥
Perumpamaan surga
yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa itu ialah air
sungai-sungainya senantiasa mengalir di sekitar tamannya, makanannya kekal
tidak putus-putus dan naungannya senantiasa teduh. Itulah kesudahan usaha
orang-orang yang bertaqwa, sedang kesudahan usaha orang-orang yang kafir ialah
neraka.
Atau,
masihkah kita akan menjadikan ke’aliman sebagai alternatif terakhir? Yang
berarti keselamatan kita dan anak cucu kita dari segala kerusakan zaman ini pun
akan kita jadikan sebagai alternatif terakhir pula?
Tentu saja
kita akan berkata tidak!!! Karena itu berarti akan membiarkan
kemungkaran-kemungkaran itu berjalan hingga memudlorotkan kita dan anak cucu
kita, yang membiarkannya berarti jauh dari hakikat keimanan yang ada dalam diri
kita! Hal ini dengan jelas Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً
فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ ، فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذاَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ * رواه مسلم عن أبى سعيد
Barangsiapa
diantara kalian yang melihat kemungkaran maka hendaklah ia merubah kemungkaran
itu dengan menggunakan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan menggunakan
lisannya, jika ia tidak mampu maka menggunakan hatinya, dan mengubah dengan
hati itu adalah iman yang paling lemah.
Maka
membentengi diri kita dan anak cucu kita dari semua kemungkaran yang ada dengan
segala kemampuan yang kita miliki adalah mutlak kita lakukan, siapa lagi yang
akan melakukannya kalau bukan kita sendiri? Karena bukanlah orang lain yang
akan merubah keadaan pada diri kita, yang menentukan warna hitam atau putihnya
hidup kita, akan tetapi dengan idzin Alloh kita sendirilah yang akan merubah dan
menentukannya!
Alloh telah berfirman :
إِنَّ اللهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ
حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا بِأَنفُسِهِمْ ... الأية * سورة الرعد أية ١١
Sesungguhnya
Alloh tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga kaum itu mau mengubah pada
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
E. Kewajiban Mencari Ilmu dan Mengamalkan
Islam adalah
agama samawi, agama yang segala tuntunan ibadahnya telah ditetapkan oleh Alloh
Sang Kholiq Pencipta langit dan bumi, oleh karenanya hamba akan bisa mengenal
Alloh sebagai Tuhannya untuk kemudian mengenal tuntunan ibadahnya dengan
mengikuti petunjukNya bukan dengan cara mengikuti reka-reka fikirannya sendiri.
Lalu agar hamba mengenal Tuhannya untuk selanjutnya mengikuti tuntunan
ibadahnya maka Alloh pun berfirman :
فَاعْلَمْ أَنَّه لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ
... الأية * سورة محمد ١٩
Ketahuilah (wahai
Muhammad) sesungguhnya tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Alloh,
Berdasarkan
ayat ini, agar bisa mengetahui serta meyakini dengan sebenarnya tentang hakikat
keesaan Alloh, maka berilmu menjadi perintah utama dari Alloh, yang berarti
tanpa ilmu maka mustahil pengetahuan, keyakinan pada kebenaran hakekat keesaan
Alloh itu bisa diraih!
Maka inilah
alasan mengapa menuntut ilmu Al-Qur`an dan Hadits diwajibkan kepada setiap
muslim, sebagaimana sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam :
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ
مُسْلِمٍ ... الحديث * رواه ابن ماجه عن أنس بن مالك
Mencari ilmu itu
wajib bagi tiap-tiap orang Islam.
Dan bagi
orang yang telah mengerti dan memahami ilmunya ia berkewajiban mengamalkan
ilmunya. Mengingat firman Alloh :
وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِى
أُوْرِثْتُمُوْهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُوْنَ * سورة الزخرف 72
Dan (dikatakan
lagi kepada ahli surga), “Surga yang diwariskan kepada kalian itu, disebabkan
apa yang telah kalian amalkan.”
Surga dengan
beberapa derajat yang ada di dalamnya hanya diberikan kepada orang yang
mengamalkan ilmunya, hal ini berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut :
Sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam :
أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ عَلَى ماَ
كَانَ مِنَ الْعَمَلِ * رواه البخارى
Alloh akan memasukkannya
ke dalam surga menurut banyaknya amal (ibadah yang telah ia kerjakan).
Firman
Alloh:
وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوْا
وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُوْنَ * سورة الأحقاف 19
Dan bagi
masing-masing (akan mendapatkan) derajat yang sesuai dengan amalan mereka, dan
supaya Allah menetapi amalan mereka, sedang mereka tidak dianiaya.
وَالْعَصْرِ * إِنَّ اْلإِنسَانَ لَفِى
خُسْرٍ * إِلاَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا
بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ * سورة العصر 1-3
Demi Masa!
Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian; kecuali orang-orang yang beriman dan
beramal soleh dan mereka saling wasiat pada kebenaran serta mereka saling
wasiat tentang sabar.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنِ
آمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لاَ تَفْعَلُوْنَ * كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللهِ
أَنْ تَقُوْلُوْا مَا لاَ تَفْعَلُوْنَ * سورة الصف ٢-٣
Wahai orang-orang
yang beriman! Mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian amalkan! Amat
besar kebenciannya di sisi Allah apabila kalian mengatakan apa yang tidak
kalian amalkan!
Kemudian
diperkuat oleh sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam :
أَشَدُّ النَّاسِ عَذَاباً يَوْمَ
الْقِياَمَةِ عاَلِمٌ لَمْ يَنْفَعْهُ عِلْمُهُ * رواه الطبرانى
فى الصغير عن أبى هريرة
Manusia yang
paling berat siksanya di hari kiamat nanti ialah orang yang berilmu yang tidak
bermanfaat ilmunya.
F. Upaya-Upaya Meningkatkan Semangat Mencari
Ilmu
Mengingat
demikian pentingnya mempelajari dan mendalami Al-Qur`an dan Hadits bagi kita,
sementara begitu besar dampak negatif perkembangan teknologi mempengaruhi
kesemangatan dalam mencari ilmu Al-Qur`an dan Hadits, maka diperlukan
upaya-upaya untuk meningkatkan semangat jama’ah dalam mencari ilmu. Upaya-upaya
itu antara lain :
1. Memanfaatkan
waktu.
Marilah kita
perhatikan dengan seksama, dari waktu demi waktu yang kita lalui, seberapa
banyakkah yang kita pergunakan untuk ibadah kepada Alloh, dan seberapa
banyakkah yang kita buang percuma? Untuk nonton televisi, menyaksikan film-film
cerita, duduk-duduk bersama teman-teman dengan membicarakan hal-hal yang tidak
bermanfaat. Maupun untuk hal-hal lain yang bersifat lahan-lahan.
Sungguh
sangat beruntung jika waktu yang kita miliki dalam hidup yang sangat terbatas
ini lebih banyak kita gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat, baik bermanfaat di
dunia maupun di akhirat. Dan menggunakan waktu kita untuk mendalami Al-Qur`an
dan Al-Hadits adalah pilihan yang paling tepat. Toh waktu jika tidak kita
gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat akan merugikan kita, ingat bahwa waktu
yang telah berlalu tak akan kembali lagi, bagaikan senjata makan tuan, sebagai
mana kata pepatah :
الْوَقْتُ كاَلسَّيْفِ مَنْ لَمْ يَقْطَعْ
يُقْطَعْ *
“Waktu itu sebagaimana pedang, barangsiapa
yang tidak menggunakannya (untuk hal-hal yang bermanfaat) maka pedang itu akan
memotongnya.”
2. Motivasi.
Ada sebuah
kisah nyata, seorang cabe rawit yang sedang duduk di samping ayahnya, lalu sang
ayah berkata, “Le anakku, kalau kamu telah dewasa nanti ayah akan bangga ketika
dapat menyaksikan kamu berhasil meraih sukses dalam karirmu. Tapi ayah akan
lebih bangga lagi kalau kamu juga menjadi muballigh bahkan kalau kamu bisa,
jadilah gurunya mubaligh, karena dengan kamu jadi mubaligh kelak akan menjadi celengan
(tabungan) bagi orang tuamu di hadapan Alloh pada hari kiamat nanti.” Kini cabe
rawit itu telah beranjak dewasa, lantaran dorongan semangat dari orang tuanya
ia pun berhasil menjadi muballigh, gurunya muballigh, bisa meraih gelar sarjana
serta sebagai pengusaha.
Cerita ini menunjukkan bahwa motivasi dari orang tua
begitu besar pengaruhnya bagi kesemangatan mencari ilmu.
Maka perlu
bagi orang tua, pengurus, penasehat dalam Jama’ah, memberikan
penjelasan-penjelasan, keterangan-keterangan yang dapat memotivasi generasi
penerus untuk bersemangat mencari ilmu, jadi muballigh, jadi ulama` di dunia
dan akhirat.
Sebagaimana dikehendaki oleh Rosululloh Shollallohu ‘alaihi
wasallam :
إِنَّ مِنَ الْبَياَنِ لَسِحْراً * رواه أبو
داود
Sesungguhnya sebagian dari keterangan
itu bisa menyihir (merubah keadaan).
Disamping itu masih ada upaya-upaya
lain yang mungkin dapat menambah kesemangatan didalam mencari ilmu.
Hendaklah dimengerti oleh semua jama’ah bahwa menjadi
ahli ilmu yang merupakan perintah dari Alloh dan demikian luhur derajatnya di
sisi Alloh itu tidaklah cukup hanya dengan mengerti dan menguasai Qur`an dan
Hadits saja. Namun lebih dari itu wajib mengamalkannya, maka orang seperti
inilah yang disebut ‘alim, sebagaimana diriwayatkan dari Rosululloh Shollallohu
‘alaihi wasallam :
وَالْعاَلِمُ الَّذِى يَعْمَلُ * رواه أبو
الشيخ
Dan orang yang
‘alim adalah yang mengamalkan ilmunya.
Akhirnya
kita berdo’a semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menyentuh hati semua warga
Jama’ah yang mendengar dan membaca makalah ini hingga mampu memberi semangat
pada dirinya maupun anak-anaknya untuk mencari ilmu, meraih predikat sebagai
hamba Alloh yang ahli ilmu, semangat dan merasa mulia menyandang predikat
sebagai muballigh muballighot yang faqih, karena itulah predikat yang mulia di
sisi Alloh. Amin.
Semoga
Qur`an Hadits Jama’ah senantiasa mendapatkan pertolongan dan kemenangan dari
Alloh, hingga semua jama’ah bersama-sama masuk ke dalam surga Alloh selamat
dari neraka Alloh. Amin.
mencari ilmu yg bermanfaat dunia-akhirat its more better.. allah will bless us..aamiin..